Minggu, 18 Oktober 2009

Busuk

Dunia ini sudah busuk.

Rabu pagi, pojokan kelas, istirahat pertama, serta gigitan ketiga setangkap roti selai stroberi—klausa sarkas itu mendadak terlintas di pikiranku. Aneh. Tak biasanya aku berpikiran sekasar ini, apalagi pada dunia. Dunia yang sudah rela dan ikhlas aku injak-injak secara gratis selama 17 tahun ini. Sungguh tak tahu terima kasih. Tapi mungkinkah aku terpengaruh oleh sindrom bencana alam beruntun yang kerap menimpa dunia ini sehingga berpikiran seperti itu? Ataukah ini hanya sekedar serpihan dari beratus juta pikiran anehku saja?

Manik mataku membesar, pandangan mulai diedarkan. Suasana kelas mulai sepi, dan yang tersisa hanya tiga pasang sejoli berdarah muda yang tersebar ke daerah pojokan kelas. Aku memandangi mereka, dalam. Seketika teringat perkataan salah satu teman perempuanku: so sweet. Huek. Rasanya aku ingin muntah saat mengingat kata itu. Kenapa? Karena sebenarnya diri ini hanya merefleksikan satu kata saja: nafsu. Atau lebih tepatnya, nafsu yang direplikasi dan dikamuflasekan lalu diberi nama cinta.

Aku tak tahu mengapa mereka senang berlaku seperti itu, karena aku tak pernah sekalipun berlaku seperti itu. Mataku memandang lagi. Nanar. Sungguh, mereka semua adalah penyembah satu Tuhan, dan lancar membaca firman-Nya. Tapi apakah asosiasi budaya para ras miskin pigmen itu dapat mengalahkan pedoman agama mereka? Dan apakah mereka mendapat manfaat dari perilaku seperti itu? Kurasa tidak. Ingin rasanya mulut ini mengatakan kebenaran pada mereka, tapi sayang, terbentur oleh portal yang bernama pertemanan dan sensitivitas. Lagipula apa gunanya menegur mereka kalau ternyata masih banyak sejoli diluar sana yang lebih asusila? Percuma.

Kebusukan ini bermula dari nafsu.

Sebuah klausa terlintas—lagi.

“Chi, kerjain tugas kesenian yuk!“

Glek. Mendadak serpihan kulit roti tersangkut di kerongkongan. Segera kuambil botol minum oranye dan kutumpahkan isinya ke dalam kerongkongan seraya mengangguk asal, “Uhuk. Oke deh.“

***


“Bagian saya mana, Pak?“

“Tenang aja, Din. Kamu pasti dapet. Uangnya masih di rekening saya, ada orang tua murid baru yang belum transfer. Nanti kalau udah terkumpul semua saya bagi rata.“

“Dibagi rata? Disini kan ada 50 lebih guru, nanti dapetnya dikit dong? Jangan gitu dong Pak. “

“Yaelah, Din. Lu jangan bego kayak para orang tua murid baru yang mau-mau aja kita porotin itu dong. Yang dibagi yang deket sama saya aja lah.“
“Oh. Oke deh, sip Bos!“

Bruk.

Modul Biologi kelas 3 SMA—jatuh, sehingga membuat dua lelaki yang sedang berbincang di dalam ruangan itu menoleh ke jendela. Bersyukur awan di sore ini sedang berkabung, meminimalisir cahaya matahari yang bisa merefleksikan wajahku. Refleks, aku langsung mengambil modul lalu berlari tergesa-gesa menuju gerbang Sekolah Menengah Atas ini.

Ralat, Sekolah Maling Atas.

Langit mendung dan awan berkabung serta sesosok perempuan nerdus menjadi saksi atas perubahan nama itu. Haha. Sungguh ironis, kawan. Instansi pendidikan yang seharusnya mengayomi serta mendidik generasi penerus bangsa, malah melakukan tindakan terkutuk, padahal setiap hari ucapan baik beserta wejangan selalu diberikan kepada anak didiknya. Lalu dikemanakan semua wejangan itu? Apa itu hanya omong kosong dan bualan sampah yang digunakan untuk mendapat gaji dari profesinya?

Dasar manusia berotak tikus got.

“Hoi, Chi! Pulang bareng yuk!“

Interupsi datang, membuyarkan segala lamunan. Kutolehkan kepalaku ke samping, dan retina langsung merefleksikan bayangan Hima, teman sekelasku. Anggukan singkat serta seulas senyum simpul terukir, “Ayo!“

***


“Bang, SMS siapaahh... si abaang. Bang katanya pake sayang, sayaaangh...“

Hppft—suara yang dikeluarkan oleh semua penumpang angkot. Refleks, aku langsung menutup mulutku dengan tangan ketika seorang perempuan jadi-jadian melantunkan lagu di kala lampu merah. Syair lagu pun terus berjalan, tetapi pikiranku tak sejalan. Salahkan rok ketat beserta tanktop yang melekat pada badan kekar hasil operasi itu. Kulit sawo matang yang tidak kompatibel dengan polesan make-up serta suara bass yang dipaksa alto menambah ciri kromosom Y dari manusia itu.

Sungguh wanita perkasa.

Katakan mulutku jahat, hujat karena pikiran ku sarkas—aku terima. Tapi entah mengapa, kali ini integrasi antara sel-sel otakku berkata lain. Berkata sesuatu yang lebih... lembut.

Kasihan.

Bukannya di tolong, manusia yang sakit mental sehingga melanggar kodratnya ini malah ditertawakan. Jahat. Dan tolong diingat, memberinya uang receh bukan suatu pertolongan. Kenapa? Karena hal itu membuat dirinya terus menerus berbuat seperti itu, membentuk sebuah sugesti bahwa ‘ini adalah cara yang benar untuk mencari nafkah‘. Padahal benar-benar salah, dan dilaknat oleh Tuhan. Kalau begitu bagaimana cara menolongnya?

Berdoa saja agar Tuhan memberikan hidayah padanya.

Itu saja, sepertinya cukup. Memangnya mau apa lagi?

***


Selamat, Anda mendapatkan hadiah bernilai 500 juta rupiah. Untuk keteranga lebih lanjut, silahkan hubungi nomor ini 08236542378. Jangan sampai kelewatan!
Dari: 08956423567


Tsk. Cara klasik.

Handphone hitam berkamera VGA terhempas di atas kasur bersamaku. Kuhirup oksigen dalam-dalam, karbon dioksida pun segera keluar. Capek, dan kegiatan sekolah hari ini bukan alasannya. Lalu apa? Yap, SMS itu. Aku letih melihat SMS penipuan klasik seperti itu, dan lebih letih lagi ketika melihat berita di televisi bahwa masih ada saja manusia yang tertipu oleh tipuan cetek macam itu. Tolol.
Kutaruh bantal guling diatas dua lapis bantal, kujadikan sandaran. Kucoba memejamkan mata untuk tidur siang sebentar, dan menikmati imaji setengah tidur yang abstrak. Kuharap aku segera bermimpi, tapi tidak. Ingatan-ingatan fotografis sejak istirahat pertama sampai di angkot tadi sekelebat tampak pada alam pikiranku. Dan hal itu semua merangsang sel-sel neuron otak untuk berintegrasi secara absurd lagi, lagi dan lagi.

Dunia ini sudah busuk.

Maafkan aku dunia, klausa itu muncul dalam pikiranku lagi. Salahkan pola integrasi absurd sel-sel neuron ini. Tapi nyatanya bukti-bukti dari kebusukan itu sudah terungkap secara implisit tadi. Kamuflase nafsu, manusia-manusia tikus, melanggar kodrat, serta penipu barusan. Dan dengan sangat menyesal,aku tak dapat memungkirinya. Aku mengakuinya.

Wahai dunia, kau memang sudah busuk. Bukan karena dirimu, bukan. Tapi akibat perilaku penghuni gratisan-mu yang katanya berakal tapi tidak tahu diri ini. Berbuat kerusakan seenaknya, padahal hakikat mereka berada disini adalah untuk merawat dan memanfaatkan segala kekayaanmu dengan sebaik-baiknya. Tapi apa yang terjadi? Semua kekayaanmu mereka habiskan, terlebih lagi ditambah dengan perilaku asusila yang terus terjadi. Kau pasti merasa sakit, aku tahu itu. Dan aku kasihan padamu, dunia. Tapi apa yang dapat kulakukan? Tidak ada. Bagaimanapun juga, aku bagian dari mereka. Aku seorang Homo Sapiens. Yang bisa aku lakukan hanya bisa berpikir, tanpa melakukan sesuatu yang signifikan, sementara manusia lain asyik melakukan kerusakan tanpa rasa bersalah dan kepura-puratidaktahuan.

Tuhan, kenapa kau tidak marah?

***


Kelopak mata mulai bergetar, tak lama manik hitam pun mulai tampak. Bayangan yang direfleksikan retina masih kabur—seperti biasa. Kuraba samping kanan untuk mencari kacamata silinder, tidak ada. Kuraba sisi kiri, nihil. Yang aku temukan malah puing-puing bangunan beserta pecahan kaca dan tanah. Kupijakkan kaki ke atas tanah. Bruk—tersandung batu bata. Perlahan kukerutkan otot atas mata, dan bayangan kabur mulai menajam. Tebak, apa yang aku lihat?

Langit, yang terlalu luas. Membentang, tanpa halangan gedung-gedung dan rumah seperti biasa—karena semua bangunan itu sudah… rata dengan tanah.

Bruk.

Lututku menabrak tanah yang retak—sakit. Tapi tak sesakit apa yang dirasakan hati ini. Kutolehkan kepala ke segala arah, sepi. Tak ada makhluk hidup disini. Yang ada hanya sesosok tubuh Bu Linda, tetangga sebelah, yang sudah membiru dan tertimpa runtuhan bangunan. Kucoba melangkah sedikit kedepan, suasana yang tampak lebih mengenaskan. Bu Yesi, Pak Toni, Ina, beserta tetangga lainnya sudah membiru, tak bergerak. Tiba-tiba saja jantungku berdentum keras, nafasku sesak.

Ibu, ayah, kakak, adik, kalian dimana?

Seluruh badanku gemetar, namun aku tetap memaksakan diri untuk berjalan sekitar puing-puing rumah untuk mencari mereka. Serpihan kayu, genteng, tumpukan batu bata, sudah kucari dan hasilnya nihil. Tak terasa bulir air mata sudah mengucur deras, menemani pencarianku. Dan hasilnya tetap sama; nihil. Sungguh, kenyataan ini terlalu menyeramkan. Seseorang tolong beritahu aku, apa yang baru saja terjadi?

Tuhan baru saja marah.

-TAMAT-

Selasa, 08 September 2009

Allah

Ya, aku menulis tentang-Mu, ya Allah.

Tentu saja Kau tahu. Pasti. Bahkan sekarang Kau melihatku sedang mengetik di malam Nuzulul Qur’an ini, ditemani oleh temaram lampu tidur dan beberapa tetes air mata yang keluar tanpa sengaja.

Ya, aku menangis.

Karena aku sadar, bahwa selama ini, tak ada Zat yang bisa mengerti diriku selain diriMu.

Alhamdulillah—aku punya keluarga yang sholeh. Teman yang baik. Sahabat yang setia.

Tapi ternyata selama ini, rahasia kehidupanku hanya kubagi denganMu. Bukan dengan temanku, sahabatku, bahkan keluargaku. Tapi hanya dengan dirimu, ya Allah.

Semua tentang diriku aku ceritakan padaMu, tanpa rasa malu sedikitpun. Semua keluh kesah, depresi, bosan, bahagia, aku beritahu padaMu. Walau secara nalar manusia Engkau seperti tak menjawab apapun, tapi aku dapat merasakannya. Engkau melihatku. Engkau mendengarku. Engkau menjawabku. Engkau—Engkau sayang padaku.

Tapi terkadang, aku sering mengecewakanMu. Melalaikan perintahMu, menjalankan apa yang Kau larang. Tapi apa? Engkau tak pernah marah. Engkau tetap penyayang. Bahkan Engkau mau menyambutku lagi dengan terbuka saat cobaan melanda diriku dan kembali berkeluh kesah padaMu.

Subhanallah.

Sungguh, aku merasa berdosa. Aku merasa tak tahu terima kasih.

Engkau selalu memberikan semuanya padaku. Sedangkan balasanku apa? Sebuah sujud dengan bacaan yang dipercepat dan pikiran yang tak fokus?

Tsche.

Dan aku mulai berpikir, apalah artinya semua ibadah manusia untuk Zat Maha Perkasa sepertimu, kalau dibanding dengan semua yang telah Engkau lakukan untuk kami.

Tak pernah tidur, hanya untuk mengurus kami. Merancang semua jalan kehidupan secara detil dari setiap manusia di muka bumi ini. Mendengarkan keluh-kesahnya. Mengabulkan do’anya, dll.

Lalu untuk apa Kau menciptakan kami, para manusia kalau ternyata semua yang Kau lakukan untuk kami itu tak sebanding dengan apa yang kami berikan? Kenapa Engkau mau repot-repot menciptakan dan mengurus manusia, padahal manusia sendiri sering lupa padaMu, ya Allah.

Kenapa?

Apakah itu semua Engkau lakukan secara sukarela?

Sungguh, rasa cinta kasihMu sangat luar biasa. SANGAT LUAR BIASA.

Dan itu semua, kini membuatku semakin ingin bertemu denganMu, Ya Allah. Rabbil’alamiin.

Rabu, 02 September 2009

Intuition Of The Quake

Gw mulai merasa takut sama diri gw sendiri.

Astagfirullah.


Hari ini. Rabu 02 September 2009, telah terjadi gempa 7.3 SR di Tasikmalaya. Banyak korban yang luka dan tewas, innalillahi wainnalillahi raji’un—semoga diberi ketabahan dan kekuatan oleh Allah SWT. Selain itu, gempa ini juga ikut berimbas ke daerah sekitarnya. Bahkan tak terkecuali kota tempat gw tinggal, Bogor. Gempa terjadi sekitar jam 14.55. Saat itu gw lagi les di Quin, Pajajaran, Bogor. Disaat sedang mengerjakan soal fisika, tiba-tiba gw melihat dinding warna-warni yang terbuat dari triplek bergeser kanan-kiri. Seketika itu pula gw refleks lari turun ke bawah—begitu juga yang lainnya. Dan alhamdulillah, semuanya selamat, gak ada yang terluka.

Mungkin bagi kami orang Bogor, gempa ini gak istimewa. Hanya berupa lini—gempa kecil. Tapi bagi gw, gempa ini spesial. Bukan karena gw yang agak psycho ini seneng ngeliat ada gempa. Bukan. Tapi karena gw mendapatkan firasat akan kedatangan gempa ini 3 hari sebelumnya.

Terserah lu mau percaya apa enggak, atau lu mau anggap gw pembual, pembohong, manipulatif, jsb—gw gak peduli. Toh ini blog gw. Mutlak. Bukan blog lu.

Oke, makasih buat orang yang masih mau baca postingan ini. Lupakan perkataan sarkastis gw barusan, karena itu gak berlaku buat lu yang masih mau ngelanjutin baca. Okeh?

Firasat abstrak itu datang saat hari Minggu. Gw baru aja pulang dari nemenin nyokap belanja di Yogya sama ke HBC. Hari itu, gw lagi gak puasa. Biasalah, ladies things-factor. Gw makan, minum, biasalah. Jadi gak terlalu lemes kayak orang puasa. Kira-kira pas agak sorean pulang ke rumah. Setelah adzan maghrib, sehabis nyomot makanan buka, gw langsung maen leptop. Saat itu gw mulai merasakan hal aneh. Gw ngerasain kalo ada yang ngegoyang-goyangin kasur gw. Lantas, gw pun langsung pindah ke kasur teteh gw, untuk mengetes apakah masih tetep goyang-goyang juga. Dan ternyata hasilnya, SAMA. Seketika itu juga, gw merasakan dunia ini ajojing. Trus gw tanya ke adek gw, katanya dia gak ngerasa goyang. Hmmm. Aneh. Akhirnya gw gak terlalu memusingkan hal ini. Gw kira ini karena gw kecapean aja abis jalan-jalan.

Senin, gw mengawali hari biasa aja. Gw bolos sanlat, dan menghabiskan waktu hibernasi di rumah. Trus pas jam setengah 2 lebih, gw berangkat ke Quin bwt les. Ternyata gw telat. Dengan terburu-buru gw langsung duduk dan mengikuti materi. Dan ternyata, gw merasakan itu lagi. Dunia serasa ajojing. Tempat duduk serasa bergoyang. Gw perhatikan temen-temen disekeliling, biasa aja. Mereka tetep enjoy belajar dan gak ngerasa apa-apa. Akhirnya gw memutuskan, bahwa sekali lagi ini cuma feeling gw doang.

Malemnya, pas dirumah. Seperti biasa, gw ngalong. Jam 12 lewat, gw belum tidur. Berarti udah hari Selasa. Dan tiba-tiba, lagi dunia terasa ajojing atas-bawah-kanan-kiri. Awalnya gw masih menganggap bahwa itu cuma feeling semata. Tapi entah, gw pun brainstorming. Dan tiba-tiba saja gw langsung menyimpulkan bahwa firasat keajojingan itu adalah pertanda gempa. Lalu dengan latahnya gw langsung menuliskan apa yang gw rasakan saat itu di twitter gw. Ini screenshotnya:


Bukti otentik. Diupdate 1:05 AM Sep 1st from web

Rabu. Gempa yang gak sengaja gw prediksikan, benar-benar terjadi.

Astagfirullah.

Jujur, gw heran. Ada apa dengan diri gw? Setelah penglihatan-penglihatan aneh itu, sekarang ditambah ini. Sebenarnya gw ini apa? Sebenernya gw siapa? Kenapa gw bisa begini?

Wallahualam.

Selasa, 01 September 2009

Indonesian Hogwarts

FYI, IH itu Indonesian Hogwarts. Forum RPG Indonesian-text based dengan setting Hogwarts dan alur cerita Harry Potter. Jadi ceritanya jadi murid Hogwarts gitu deh, belajar sihir dan blablablabla—another Harry Potter things. Dan gw jadi inget percakapan singkat antara gw dan Mapaw mengenai IH setaun yg lalu…

”Li, ikut IH yuk!”
“Ha? Males ah, gw gak suka Heri Puter, Paw. Nonton pelmnya aja baru yg 1 ama yg 2.”
“(ngakak) Udah biarin, gak apa-apa kok. Seru tau.”
“Kagak ah, males urang.”

Notes: Kata-kata tidak terlalu persis. Maklum, memori ini sudah tercampur aduk. Tapi intinya sama kok.

Pokoknya begitulah. Awalnya gw ngeliat IH mata gw langsung siwer. Gimana kagak? Gw yg didiagnosis dyslexia ringan ngeliat tulisan numpuk binti ruwet njlimet kayak gitu pasti langsung pusing. Udah gitu kita diharusin bikin tulisan kayak begitu pula. Dan mereka bilang RPG? RPG itu kan yg free-motion, kayak game genre adventure gitu. Nah eni, cuma dideskripin lewat tulisan. Apanya yang seru? Oke, satu frasa buat IH saat itu; NO WAY.

Beberapa bulan saterasna, gw naik kelas. Kebiasaan gw, 2nd grade tuh pasti bawaannya bosen, berontak, pokoknya hasrat hedon tinggi lah. Saat itu gw gak punya objek pelampiasan hedon gw. Disitulah Mapaw dan Disty, duo member IH sejati, datang menggoda gw(lagi). Dan kebetulan, pada saat itu level imajinator gw sedang maximum, gw pun asal nyeletuk sama mereka.

”Kalo gw bikin chara turunan dukun yang juga dagang bakso gimana? Boleh gak?
“(ngakak) Boleh-boleh aja kayaknya sih”
“Beneran nih? Kalo gitu visualisasinya gw pake Andhika Kangen Band ah. (evil smirk)“
“(ngakak terhabak-habak) DEMI APA LU?!“
“Demi niat gw menghancurkan IH dari dalam. Wakakaka. Regisnya kapan btw?“
“Minggu ini jam 10. Eh tapi kalo Asia cm dibatesin 4 loh.“
“Cuma 4? Yaudah deh, gw bangun pagi.”


Akhirnya dengan niat mengacaukan IH dari dalam dengan calon chara yg super imbisil kayak gitu, gw pun niat regis. Gw yg biasa bangun jam 12 lewat kalo Minggu, sengaja gak ngalong dan ngeset alarm rada pagi. Jam 10 kurang gw udah buka lepti. Tapi Anda tahu apa yang terjadi?? KONEKSI INET BUSUK! Aaargh, dan terpaksa gw konek dgn GPRS di lepti. Tsah.

Ujung2nya, gw pun regis, dengan nama UDIN SAPARUDIN. Dan sialnya, IH ternyata lemot dibuka di Internet Explorer. Gw yg dulu gak punya browser lain pun manyun, dan bersabar. Akhirnya jam 10 lewat gw baru validating e-mail. Buru-buru gw ke tret regis chara, dan ternyata kuota Asia blm dinyatakan pas. Alhamdulillah. Langsung dah gw regis si Udin dengan background imbisil kyk tadi dan visualisasi ANDHIKA KANGEN BAND. Jam 10.30+++, gw beres. Fiuh.

Beberapa menit kemudian, setelah gw break sarapan, gw log in. Dan ternyata—TIDAK BISA! Penyebabnya adalah; KUOTA ASIA SUDAH PENUH, dan gw GAK KEBAGIAN lalu akun gw LANGSUNG DIAPUS. Damn. Seketika itu gw langsung YM Mapaw, mencurahkan segala hajat. Dan dapet satu kesimpulan; GW KAPOK REGIS IH.

Oke, tutup leptopnya. Hati ini sudah tercabik oleh IH. Gw pun goleran di kasur bentar, sambil brainstorming. Lalu muncul ide aneh lagi, kenapa ga bikin orang Zimbabwe aja yak? Lalu—ouch, gw pun buka leptop lagi. Gw pun regis dengan nama CARL JOHNSON. Next step, validating e-mail. Ternyata, inet gw minta dibacok, buka imel susah. Ditambah IH yg saat itu lg traffic dan browser gw IE yg ternyata kayak e’e. Walhasil, Carl Johnson—gagal.

Krik. Krik. Krik.

Brainstorming sebentar. Gw pun YMan ama si Irpan yg ternyata regis juga term ini. Doi juga meladeni keluh kesah dan ide gila gw. Sampe-sampe mau ngeregisin chara gw. Tapi masalahnya, gw gak tau mesti ngeregis apa. Dan gw GAK MAU BIKIN CHARA YG BIASA AJA. Gw pengennya yg LUARR BIASA. Unik, ciamik, dan err—imbisil. Lalu atas percakapan YM gw dan si Irpan, dapatlah hasil chara blasteran Jawa-Inggris, dan turunan dukun. Sip! Sekarang tinggal visu. Lalu tiba-tiba Mapaw ngeYM dan memberitahu pendaftaran akan segera ditutup krn sudah sore. Wow. Gw pun buru-buru buka IH lagi. Tanpa pikir panjang langsung regis.

Nama: Pirli Gelow

Eh, tapi itumah ketauan banget itu gw. Lagian aneh. Gw plesetin dikit aaah.

Nama: Prillie Glows

Sippo.

Koneksi inet membaik, IH jg udah gak terlalu traffic, regis gw pun diridhoi. Sesampainya di tret regis, gw pun bingung. Visunya siapa?! Cewe pula. Hmm… dan satu-satunya artis cewek yg sering gw pikiran adalah perebut suami gw, akang Alex Turner. Akhirnya dengan sedikit tengokan di daftar visualisasi, gw langsung mengisi tret registrasi karakter.

Nama: Prillie Glows
Visualisasi: Alexa Chung
Status darah: Halfblood
Background: Blasteran Jawa-Inggris. Ayahnya adalah dukun yang………….etc.


Fiuuuh. Akhirnya jadi juga tuh si Prillie jam 17.00+++. Awalnya gw gak ada niatan bikin nih chara autis dan imbisil. Tapi entah kenapa, seiring dengan ide-ide aneh yg bermunculan di otak ini, jadilah dia seperti itu. Agak idiot, imbisil, autis, dan penyihir dukun legendaris oriented. Pokoknya kalo lu yg lagi baca post ini anak IH tau lah, gimana si Illie ini.





Siggy ©gw.

Hari-hari IH pun berlangsung dengan indah. Awal mulanya gw post bisa cepet banget, rekor 2 menit kurang udah beres, cuma satu paragraf. Wakakaka. Najis gila. Gw yg masih awam pun menggerakkan chara orang lain (godmodding) hampir di setiap toko. Walhasil, 4 surat ‘cinta’ datang pada akun gw. WAKAKAKAK. Akhirnya setelah masuk kastil pun gw tobat, dan mulai mengerti bagaimana cara RPG text based itu.

Oh ya, soal asrama, awalnya gw bingung. Soalnya Prillie ini gak jelas banget sifatnya. Awal-awal pas di Leaky Cauldron dia pernah bilang gini, “Awas kau, minggir! Kalau tidak, akan kubunuh kau!” Tapi gak lama kemudian, dengan autisnya dia di Hogwarts Express ngasih makan burung hantunya si Kepi Sukepi potato chips, walhasil si Kepi mencret. WAKAKAKAK. Wotdehek apaan coba ituh. Tapi ternyata sifat lugu dan polosnya lebih mendominasi. Walhasil dia masuk…


Penetram = Penerus Tradisi Musang. Musang = logo Hufflepuff.

Beberapa bulan seterusnya, gw terus post IH. Keonaran yg gw lakuin udah banyak. Diantaranya main jelangkung di dedalu perkasa trus kesurupan roh dedalu, berendam di danau dalam rangka tolak bala Voldemort, jualan bakso di dedalu, menghebohkan asrama Hapelpap, beserta kegilaan lain yg dilakuin di kelas. Perlahan gw pun mulai kenalan sama para Puppet Master. Gw inget banget, temen IH yg pertama kali add gw di YM itu Tika, PM Balin Al-Kazaf, prefek Hapel taun keberapaa gitu. Kontak YM terus beranak pinak, sampe skrg list anak IH di YM hampir 100. Blum di fb, plurk, twitter—ah, kehidupan gw sudah ter-IH-nisasi.

Ngalong, conference malem-malem, nge-plot, mulai sering gw lakukan. Tanpa sadar gw dan temen NW (networld) pun makin akrab. Mereka memang nyata tetapi wujud fisiknya gak terlihat sama gw. Dan mereka selalu menemani disaat gw ngalong dan kadang bisa jadi temen curhat juga. Pokoknya gw sayang temen NW gw, sama kayak gw sayang temen-temen gw disekolah. Wherever ‘world’ they are from, they are my friends. Walau mata gw gak pernah liat mereka, tapi hati gw merasakan keberadaan mereka.*hug temen NW*

Karena IH juga, kemampuan nulis gw terasah. Dyslexia gw pun mulai menipis, gw udah gak terlalu susah lagi memahami suatu tulisan. Gw juga udah bisa buat tulisan yg lumayan alus lah. Ditambah lagi skill Sotoshop gw menambah karna sering nyinggy. Dan lagi—gw mulai suka sama Heri Puter. O-Yeaah. Ternyata IH gak seburuk yg gw pikir di awal. Ternyata IH ada manfaatnya juga, selain buat hiburan tentunya. *bow*

Enam bulan sesudahnya…
Gw udah naek kelas 3. Dan gw sadar, gw terlalu banyak hedon dgn IH ini. Apalagi gw udah terlalu sibuk sekolah, jarang ngerepp. Walhasil kemampuan gw ngerepp ilang. Ssh It. Gw yang bosenan pun mulai eneg sama RPG. Graaaah. Belom lagi inceran kuliahan gw adalah STEI ITB—which is passing gradenya TERTINGGI SE-INDONESIA. Astagfirullah.

Gw memandangi post anak gw, si Nduk Illie. Masih 98. Lulus IH itu postnya 117. Akhirnya dengan pemikiran hampir sebulan lebih, gw pun memutuskan untuk unregis. Yap. Chara gw diapus. Yep. Prillie dihapus. Oke. PRILLIE DIHAPUS! Berarti Alexa Chung akan bebas dan tidak dinistakan lagi—oh noooooo!!—*dibekep*

Gw sadar, gw bukan titisan Bill Gates, apalagi jelmaan Steve Jobs. Gw. Harus. Serius. Mengejar mimpi itu memang gak gampang, apalagi yang ketinggian dan melewati batas kemampuan otak. Pasti butuh pengorbanan. Dan gw anggap, peng-unregis-an Prillie ini adalah pengorbanan pertama gw untuk meraih cita-cita.

Walhasil, tanggal 27 Juni 2009 pukul 17.30++, gw ngepost di tret Unregis Chara. Hmmm. 6 bulan sudah gw di IH—satu semester, men. Tsah, udah kayak kuliah aja. Yang pasti 6 bulan itu gak sia-sia. Gw dapet banyak pengetahuan baru, pengalaman baru, dan temen baru. Ini yang penting. Gw harap, pengorbanan gw gak sia-sia. Dan temen-temen NW gak ngelupain gw walopun Prillie tinggal kenangan. Ya gak? Jangan pada kangen yah sama Pirlie maupun Prillie. Jangan lupa doain gw juga ya, pren. Okeh? *wink*

*slapped*

Kamis, 20 Agustus 2009

Pacaran?

Najis judulnya.

Whatsoever. Post ini adalah amukan kekesalan gw atas beberapa ucapan tak mengenakkan.

”Hayooo… pacar Ndut siapa…” (nyokap, suatu bulan di tahun 2009)

”Gimana nih, udah punya cowok belum?” (sodara gua, Agustus 2009)

”Wes, udah kelas 3 ya. Udah banyak yang naksir dong.” (ua gua, Agustus 2009)


Ok, I’m totally fed up with that sh*t.

Lu pasti ngira, gw akan menjawab pertanyaan-pertanyaan oncom itu dengan muka mesem-mesem dan berkata, “Belum.” But what? Salah. SALAH BESAR. Gw menjawab pertanyaan oncom itu dengan muka datar, tangan sedikit mengepal, “NGGAK.”

Kenapa gw gak jawab belum? Karena menurut gw belum itu artinya sebenernya mau, tapi emang gak ngalamin aja. Tapi kalo nggak, itu artinya emang NGGAK. Gak mengalami dan memang sebenernya gak mau. Got the idea? Maap kalo kurang dimengerti, kecerdasan verbal dan linguistik gw dibawah rata-rata.

Jadi intinya, gw gak pernah pacaran dan emang gak mau pacaran. So, dengan ini, lewat blog berjudul Curahan Hajat, gw mendeklarasikan ke nyokap gw yg sempat bersu’udzon pada gw, ke sodara gw yang mengatakan bahwa kalo gak pacaran berarti gak gaul, ke ua gw yang sok tahu, bahkan ke SELURUH DUNIA yang terhubung oleh internet, bahwa sebenernya…

GW ANTI PACARAN

Seriously.

Jangan mengira gw berkata seperti ini karena sebelumnya gw pernah naksir cowok, lalu gw patah hati dan akhirnya kapok dan menjauhi apa itu yang namanya pacaran. Ok, sebagai remaja yang sudah mengalami pertumbuhan sekunder, gw pernah ngalamin apa itu broken heart. Tapi bukan itu alasannya gw berlaku seperti ini. Sekali lagi gw tekankan, BUKAN. Gw bukan cewek normal yang sensitif, gampang menuruti hawa nafsu dan terbawa arus gaya hidup. Gaya hidup yang menotabenekan bahwa kalau tidak pacaran berarti susah nikah, gaya hidup yang menyatakan kalau tidak pacaran itu tidak gaul, dan blablablablah alasan-alasan lainnya yang sebenernya hanya mengkamuflasekan hawa nafsu belaka. Gw bukan cewek seperti itu, pren. BUKAN. Gw ini cewek abnormal yang sering melihat sesuatu dari sudut yang berbeda, kritis, tapi masih punya perasaan kok. Dan gw bangga akan hal itu. Gw bangga menjadi abnormal.

Terserah lu semua baca post gw ini mau bilang apa. Bilang gw muna, gw bodo, gw gak laku, gw jelek, gw gak punya perasaan, ato sebenernya lu cuma memungkiri akal sehat lu yang sebenernya tau kalo pacaran itu haram. Terserah lu mau ngelanjutin baca atau kagak. Tapi buat yang masih tahan, gw punya alasan kenapa gw bersikap kayak gini. Dan ini semua berdasarkan observasi gw.

Pacaran itu dilarang Allah SWT
Karena mendekati zina. Ada dalilnya di dalam Al-Qur’an. Nih isinya:
” Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek" (Al-Isra: 32.)

Gw jijik ngeliatnya
Di kelas gw banyak yg bokinan. Apalagi pas istirahat, banyak pasangan hawa dan adam yg saling bersentuhan mengisi pojokan kelas yg agak gelap. Jujur, walopun mereka gak ngapa-ngapain jg, gw udah ngerasa jijik. Entahlah. Walau ada beberapa yg bilang so sweet-lah, lucu-lah, romantis-lah, tapi dimata gw hal itu sebenernya cuma kamuflase dari perwujudan nafsu doang.

Ada satu orang (yg cowoknya) gw kenal anaknya baek-baek lah. Tapi tetep aja, saat dia bokinan, yang gua lihat hanya satu, nafsu. Itu aja. Terserah kalian mau mendefinisikan kata ‘nafsu‘ itu apa, atau kalian mau bilang gw sok kayak paranormal bisa ngeliat atau apa. Tapi gw sudah jujur. Hanya itu yang gw lihat dan rasakan.

Sedangkan di pihak cewek, yang muncul dipikiran gw hanya satu kata; BODOH. Gw heran, kenapa banyak cewek yang mau disentuh sama orang yang belum pasti jadi suaminya? Apa mereka gak kasihan sama suaminya ntar, dapet istri yang sebelumnya udah pernah dipegang (walo cuma pegangan tangan doang) sama orang lain? Gw heran. Banget. Karena dimata gw, wanita itu harus punya harga diri tinggi. Gak bisa seenaknya disentuh-sentuh sama orang yang gak jelas masa depannya bakal jadi suaminya apa nggak. Apalagi cuma dibuai-buai sama kata-kata manis, mereka rela menjadi milik si cowok. Apa semua kata-kata manis itu bisa disetarakan dengan ijab qabul? Gw rasa nggak. So, kenapa harus menjadi ‘terlalu gampang‘ seperti itu sih? Takut bukan kalo gak pacaran bakal susah nikah ntar? Tsssscchh. Sekarang gw balik tanya, apa Nabi Muhammad dulu kalo mau nikah pacaran dulu? Nggak kan?

Gw risih ngeliatnya
Jijik ama risih beda ya, kalo buat gw. Jijik itu dekat ke muntah, kalo risih itu gak betah. Yah pokoknya gitu dah. Hahahaha. *gak jelas*

Menurut pengamatan gw, orang yg pacaran itu tiap hari SMSan. Isinya kebanyakan gak penting, kayak: ‘Lagi ngapain?’ or ‘Udah makan belum?’ or ‘Ntar siang mau pergi kemana?’ and many mooore. Trus kalo pergi gak bilang dulu, or gak dibales SMSnya, bakal bisa berantem lah, ini lah, itulah. Dan buat gw, hal itu SANGAT MERISIHKAN. Hidup tuh enaknya bebas, dan yang berhak ngatur itu cuma orang tua sama Allah aja. Lagian emangnya pacar tuh siapa sih? Orang yg ngebiayain hidup kita bukan? Orang tua kita aja yang ngebesarin, ngebiayain kita dari jabang orok aja gak gitu-gitu amat. Rese gila.

Dan gw jd ingat satu hal. Dulu ada seorang adam yg ngeSMS gw gini, ‘lagi apa?‘ dan gw pun langsung menjawab, ‘lagi bales SMS lu lah. Emang kenapa sih? Penting gitu? Buang-buang pulsa aja tau.‘ Beberapa hari selanjutnya frekuensi orang itu SMS mengurang dan akhirnya resmi menjauh dari gw. Wakakakak. Hmmm. Apakah gw terlalu kejam? Padahal kan gw hanya berkata jujur. ==

Hmmm...

Udah dulu deh postnya. Jadi menurut gw sih pacaran itu gak guna, gak penting, dan malah menjerumuskan kita pada hal yang gak baek. Whatsoever lah orang bilang so sweet, romantis lah, toh nyatanya itu cuma kamuflase dari pemenuhan nafsu belaka. Yap, buat remaja kyk gw, pacaran itu cuma pemenuhan pertumbuhan sekunder yang tidak tepat waktunya. Gak penting, gak guna, yah pokoknya buang-buang energi lah.

Yeah, I know. Mungkin gw satu-satunya makhluk di dunia yg berpikir seperti ini. (lebai) So, terserah kalian yg baca tulisan ini mau bilang apa. Toh ini blog gw. Gw bebas meracau dan berargumen disini. Kalo kalian merasa sakit hati—oke, gw minta maap—tapi menurut gw itu sih perasaan kalian doang yg kelewat sensitip. Oke?

Wakakakaka.

Oh, ya. Ada juga seorang adam yg kegatelan so-so pgn megang tangan gw gitu. Ini dia potonya.



WAKAKAKAKAKAKA.

Senin, 17 Agustus 2009

New Perspective

”I wanna live a life from a new perspective...”
(Panic At The Disco – New Perspective)
_________________________________________________________

Halah.

Belakangan ini judul post gw lagu mulu. Tsaaah. Tapi emang sih, judul lagu ternyata menginspirasi gw buat nulis post.

Ok, back to the title.

New Perspective, artinya suatu pandangan baru. Jadi intinya suatu pendapat yang beda dan biasanya nyeleneh dari pandangan umum selama ini. Hmmm… gimana yak, ngejelasinnya susah. Yang masih lieur buka kamus aja deuh. Maap ga bisa jelasin yang lebih jelas, maklum kecerdasaan verbal dan linguistik saya dibawah rata-rata.

Cukup intermezzo-nya.

Seperti yang sudah saya dan Allah serta beberapa orang ketahui, gw adalah orang yang suka menghayal, memandang sesuatu dengan cara berbeda, gak suka dipaksa, kritis tapi segan mengeluarkan pendapat, pemberontak tapi ragu untuk memberontak, dan lain-lain sipat gw yang gak bisa terdeskrpisikan di blog ini maupun di otak gw sendiri. Nah, dari sipat yg complicated alias campur-aduk binti lieur itulah lahir sebuah pandangan baru yang sudah lama memuncak di otak gw ini. Awalnya pemikiran ini cuma gw pikirin doang (yaeyalah). Tapi lama kelamaan keadaan sekitar gw yang makin rese dan kadang membuat gw sakit kepala secara tidak sadar (lebay, yeah—but its true) akhirnya gw tumpahkan saja semuanya di blog. Abisnya gak ada tempat laen sih.

Hmmm… pusing? Bosen? Ok, gua tau lu lieur baca post gw, men. Jadi gw langsung ke intinya aja yah. Inilah new perspectives gw:

Perubahan Sistem Pendidikan di Indonesia

Jujur, gua muak sama pendidikan di Indonesia.

Well, kenapa?

Kita dipaksa belajar banyak banget pelajaran. Padahal belum tentu pelajaran itu kita suka dan akan kepake di masa depan kita. Materi yang terlalu padet, terus dikejer ama guru ampe beres—tapi yang ada siswa malah setres. Rapot dianggap adalah segalanya. Walhasil terbentuklah beberapa siswa yang nilai oriented (ngejer nilai terus). Akibat itu, ada siswa yg menginterpretasikannya menjadi terlalu rajin mengerjakan tugas atau ada yg jadi kecanduan nyontek. Well, mungkin yg nyontek emang sisi jeleknya. Tapi menurut gw yang terlalu rajin mengerjakan tugas juga jelek loh. Karena di sisi ini kegiatan mereka jadi ngerjain pe-er mulu. Mereka jadi berpikir pendek, bahwa dengan belajar rajin dapet nilai bagus niscaya masa depan akan cerah dan negara akan maju. Tapi gak selalu kayak gitu, men. GAK SELALU. Karena dengan begitu mereka akan lupa untuk belajar kreatif. Yap, kreatif mengembangkan bakat mereka. Padahal...

“Kreatifitas adalah inti dari kemajuan suatu negara.“
(Rad*n Rub*ni Fi*ly 2009)

*muntah*

Yap, it’s pure 100% my quote. Eh tapi gak tau deh udah ada yang bikin duluan apa kagak. Wakakakaka—ups. Menurut gw, tanpa kreatifitas, Negara gak akan maju. Gak akan punya sesuatu yang beda dari negara lain (disamping budaya). Negara tanpa kreatifitas cuma bakal jadi konsumen aja. Gak inovatif. Yang ada malah jadi pijajaheun (sasaran empuk bwt dijajah).

So, apa yang harus dilakukan oleh pemerintah?

Merombak system pendidikan. Sistem pendidikan di SD ampe SMA jadi kayak kuliah, alias ‘pick and do what u like’. Si anak bisa memilih mata pelajaran yg mereka suka. Sedangkan buat pkn, sejarah, basa indo, dll itu kalo mau jadi pelajaran wajib ya boleh aja, tapi cuma sebulan sekali. Selebihnya, kalo emang minat dan suka, ya silahken aja diambil lebih. Terus, sistemnya kelas berjalan. Fasilitas juga harus lebih menunjang (jangan dikorup mulu subsidinya dong). Belajar MIPA lebih ke praktek. Siswa diajarin lebih turun ke lapangan daripada harus mendem dicekokin teori di kelas. Terus kegiatan kayak eskul gitu lebih ditingkatin. Biaya ekskul ada subsidi khusus dari pemerintah. Jadi misalnya yg emang udah hobi ngoprek komputer (kayak gw) udah ada klub khususnya tuh. Jadi gw bisa ngembangin kreatifitas lebih dan gak kebentrok ama tugas-tugas gak penting yang sebenernya gw gak suka.

Dengan begini, sekolah jadi tanpa paksaan. Bakat dan minat lebih terarah dan kreatifitas anak makin berkembang. Negara pun insyaallah jadi lebih maju karena generasinya bebas berkreatifitas dan menjadi lebih inovatif. Kalo kayak gini insyaallah akan banyak penemuan-penemuan baru yang potensial untuk didagangkan. Kalo udah gini, ekspor juga makin ningkat, semua orang jadi bangga pakai produk dalam negeri. Pemasukan negara jadi banyak dan ekonomi pun akan menguat. Lunasin deh utang negara tuh. Trus kalo utang udah lunas...

...dan blablablabla masih banyak lanjutannya.

Aaaaah…

Kalo aja bisa kayak gini. Pasti gw gak males sekolah lagi deh.


Btw dari tadi ngomongin negara Indonesia mulu, ada yang kelupaan nih:

Selamat hari kemerdekaan Indonesia. Argumen ini gw hadiahkan untukmu. Oke, ini cuma argumen doang sih. Tapi daripada gak ngasih apa-apa, ya gak?

Tsaaaah, ujung-ujungnya gw malah ngasih kado. Sebenernya masih banyak sih perspectives gw, tapi dah ah mau bobo. Isukan sakola malai euy.

-to be continued-

Senin, 20 Juli 2009

The Bakery

“I wish you would have smiled in the bakery,
or sat on a tatty seatee,
at a mutual friends gathering…”


…that was not a bakery, neither a smile. But my world, was melting—again.

”And the more you keep on looking,
the more it's hard to take,
love we're in stalemate,
to never meet is surely where we're bound…”


…the hard looking, we had shared. But it’s a check mate, dear.

” You're slacking love were have you been?
Just have to go and wait until tonight…”


…nope, I couldn’t wait. Because you have found it. And you brought it—everywhere.

”And I wish I would have seen you in the bakery,
but if I'd seen you in the bakery,
you probably wouldn't have seen me…”


…actually—you didn’t have seen me.

©Arctic Monkyes – The Bakery